BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk Allah yang memiliki tingkatan atau kedudukan yang sama antara
satu dengan yang lain. Kedudukan yang sama itu bersumber dari pandangan bahwa
semua manusia diciptakan sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding
makhluk lain. Yang memebedakan nantinya adalah tingkat ketakwaan manusia
tersebut terhadap Allah Swt.
Hal tersebut berimplikasi pada adanya pengakuan akan kesetaraan yang
nantinya dapat membentuk kehidupan yang selaras. Keselarasan dalam kehidupan
merupakan impian seluruh masyarakat agar kehidupan mereka menjadi lebih baik
setiap harinya. Implikasi selanjutnya adalah perlu adanya rasa cinta dan kasih
sayang diantara anggota masyarakat. Karena dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
tentu membutuhkan rasa yang dinamakan cinta, dan kasih sayang tersebut. Kedua
hal tersebut menjadi faktor terpenting dalam masyarakat berbudaya untuk
menciptakan komunikasi yang baik.
Berkaitan dengan konsep tersebut, maka akan sangat bermanfaat sekali jika
mampu mempelajari dan memahami tentang konsep cinta dan kasih sayang dalam
membentuk kaselarasan masyarakat beragama.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep cinta dan kasih sayang?
b. Apa saja macam-macam tingkatan cinta?
c. Bagaimana cinta dan kasih sayang dapat membentuk keselarasan masyarakat?
1.3 Tujuan
a. Memahami konsep cinta dan kasih sayang
b. Memahami macam-macam tingkatan cinta
c. Memahami bagaimana cinta dan kasih sayang dapat membentuk keselarasan
dalam masyarakat berbudaya.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Cinta dan Kasih Sayang
Menurut kamus besar bahasa Indonesia,
cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau rasa sayang (kepada), ataupun rasa
sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangan kata kasih, artinya
perasaan saying atau cinta (kepada )atau menaruh belas kasihan. Dengan
demikian, arti cinta dan kasih itu hamper sama sehingga kata kasih dapat
dikatakan lebih memperkuat rasa cinta. Oleh karena itu, cinta kasih dapat
diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepda seseorang yang disertai dengan
menaruh belas kasihan.
Cinta kasih bersumber pada ungkapan perasaan yang didukung oleh unsur
karsa, yang dapat berupa tingkah laku dan pertimbangan dengan akal yang
menimbulkan tanggung jawab. Dalam cinta kasih tersimpul pula rasa kasih sayang
dan kemesraan. Belas kasihan dan pengabdian. Cinta kasih yang disertai dengan
tanggung jawab menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kedamaian antara
sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan, antara manusia dengan Tuhan.
Cinta adalah perasaan jiwa, getaran hati, pancaran
naluri. Dan terpautnya hati org yg mencintai pada pihak yg dicintainya, dg
semangat yg menggelora dan wajah yg selalu menampilkan keceriaan.
Cinta dalam pengertian seperti ini merupakan perasaaan mendasar dalam diri manusia, yang tidak bisa terlepas dan merupakan sesuatu
yg essensial. Dlm banyak hal, cinta muncul untuk mengontrol keinginan ke arah yg lebih
baik dan positif. Hal ini dapat terjadi jika orang yang mencintai menjadikan
cintanya sebagai sarana untuk meraih hasil yg baik dan mulia guna meraih
kehidupan sbgmn kehidupan orang-orang pilihan dan suci serta orang-orang yg
bertaqwa dan selalu berbuat baik.
Apabila dirumuskan
secara sederhana, cinta kasih adalah perasaan kasih sayang, kemesraan, belas
kasihan dan pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku yang bertanggung
jawab. Tanggung jawab artinya yang baik, positif, berguna, saling
menguntungkan, menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kebahagiaan.
Walaupun cinta dan
kasih mengandung arti yang sama, antar keduanya terdapat perbedaan, yaitu cinta
lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam, sedangkan kasih
merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan tasa, mengarah kepada orang atau yang
dicintai. Dengan kata lain, bersumber dari cinta
yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata. Apabila akan
dihubungkan dengan kata sayang, kata ini mengandung pengertian lebih nyata dalam mewujudkan
cinta seseorang.
Beberapa makhluk hidup juga mengenal
cinta kasih. Tingkah laku tumbuhan memang sudah lebih tinggi dari pada benda
mati, tetapi gejala-gejala cinta kasih belum tampak pada tumbuhan. Tingkah laku
binatang sudah mulai menunjukkan adanya cinta kasih, terutama induk kepada
anaknya. Hal itu dapat dilihat ketika menyusui si anak, si ibu membelainya atau
selalu melindunginya dari segala macam bahaya yang mengancam. Tingkah laku
manusia makin jelas menunjukkan adanya rasa cinta kasih yang bukan hanya
diwujudkan dalam menyusui atau pun belaian kasih sayang, tetapi sudah dengan
kata-kata dan mimik. Perwujudan itu makin jelas lagi apabila disingkapkan dalam
bentuk tulisan yang merupakan tingkat pengungkapan yang tertinggi.
Seperti makhluk hidup lainnya, manusia
juga mengalami perkembangan. Dalam hal ini, perkembangan manusia terdiri atas
tiga fase besar, yaitu anak-anak, dewasa, dan tua. Dalam setiap fase, cinta
kasih berkembang dalam proses yang berbeda-beda.
Pada fase anak-anak, mereka itu
terutama baru dapat menerima cinta kasih dari saudara-saudaranya dan cinta
kasih yang lebih diperoleh dari orang tuanya
Kasih sayang merupakan konsep yang
mengandung arti psikologis yang dalam, agak sulit didefinisikan dengan untaian
kata-kata. Mungkin baru dapat dipahami makna yang jelas apabila konsep tersebut
sudah diwujudkan dalam bentuk sikap, tingkah laku dan perbuatan manusia
terhadap manusia yang lainnya, atau terhadap lingkungannya, atau terhadap
Tuhan. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, manusia mempunyai
akal, perasaan dan kehendak. Dengan unsur-unsur budaya itu, manusia menilai,
merasakan, dan menghendaki kebutuhan Kasih Sayang dalam hidup ini. Apabila
kasih sayang itu tidak ada atau tidak lagi dibutuhkan, sulit dibayangkan
terjadinya perkembangan manusia penghuni bumi dan sulit adanya kedamaian
diantara manusia, kecuali kebencian yang merajalela.
Kasih sayanag bersumber dari “unsur
rasa” dalam diri manusia, ungkapan perasaan yang dibenarkan oleh akal dan
direalisasikan oleh karsa dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan yang
bertanggung jawab. Kasih sayang yang dilengkapi dengan tanggung jawab
menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kedamaian antara sesama manusia,
antara manusia dan alam lingkungan, serta antara manusia dengan Tuhan. Jika
demikian halnya, bagaimana rumusan konsep “Kasih sayang” dalam bentuk untaian
kata-kata? Kasih sayang merupakan kata majemuk paduan dari dua istilah, “kasih”
dan “sayang” yang satu sama lain ada kesamaan makna walaupun bentuk katanya
berbeda. Apabila kedua istilah tersebut dipadu menjadi satu dalam bentuk kata
majemuk, maknanya menjadi lebih berbobot dan pas.
Menurut arti kata, “kasih sayang”
adalah perasaan sayang kepada sesuatu, yang diungkapkan secara nyata, dengan
penuh tanggung jawab, serta pengabdian dan pengorbanan. Dalam rumusan tersebut
dapat diuraikan lima unsur kasih sayang, yaitu:
a. Perasaan sayang, yang meliputi
cinta, senang, suka, dan belas kasihan.
b. Kepada sesuatu, yaitu objek yang
disayangi meliputi Tuhan Sang Pencipta, manusia, dan alam lingkungan.
c. Diungkapkan secara nyata, yaitu
dalam bentuk sikap, tingkah laku, dan perbuatan nyata yang dapat diamati.
d. Penuh tanggung jawab, yaitu segala
akibat yang timbul atau terjadi adalah baik, berguna, menguntungkan,
menciptakan keserasian, keseimbangan dan kebahagiaan.
e. Pengabdian dan pengorbanan, yaitu
keikhlasan atau kerelaan semata-mata, beban pengeluaran maupun perbuatan tidak
diharapkan memperoleh pengembalian ataupun imbalan.
Kasih sayang, dan cinta merupakan milik
semua orang. Manifestasi dari kasih sayang dan cinta dapat menciptakan
lingkungan yang tenteram. Karena setiap individu menyadari makna yang paling
hakiki dari rasa kasih sayang dan cinta. Dengan kasih sayang kita akan selalu
menghargai karya orang lain.
2.2 Macam-Macam
Tingkatan Cinta
Didalam kitab suci
Al Quran ditemui adanya fenomena cinta yang bersembunyi dalam jiwa manusia.
Cinta memiliki 3 tingkatan, yaitu :
1. Cinta
tingkat tinggi adalah cinta kepada Allah SWT, Rosulullah SAW dan berjihad
kepada Allah SWT. Cinta yang
mengharuskan mencintai apa-apa yang dicintai Allah, yang dilakukan berlandaskan
cinta kepada Allah dan RasulNya. Apabila seorang taat beribadah, menurut perintah
Tuhan, dan menjauhi larangan-Nya, maka orang itu mempunyai cinta kasih kepada
Tuhan penciptanya.
2. Cinta tingkat menengah adalah cinta
kepada orang tua, anak, saudara, suami/istri, kerabat serta lingkungan
karena Allah SWT.
a) Cinta kasih
antar orang tua dan anak. Orang tua yang memperhatikan dan memenuhi
kebutuhan anaknya, berarti mempunyai rasa cinta kasih terhadap anak. Mereka
selalu mengharapkan agar anaknya menjadi orang baik dan berguna dikemudian
hari.
b) Cinta kasih
anatara pria dan wanita. Seseorang pria menaruh perhatian terhadap seorang gadis dengan perilaku
baik, lemah lembut, sopan, apalagi memberikan seuntai mawar merah, berarti ia
menaruh cinta kasih terhadap gadis itu.
c) Cinta kasih
antar sesama manusia. Apabila seorang sahabat berkunjung kerumah kawannya yang sedang sakit dan
membawa obat kepadanya, berarti bahwa sahabat itu menaruh cinta kasih terhadap
kawannya yang sedang sakit itu.
d) Cinta kasih
manusia terhadap lingkungannya. Apabila seseorang menciptakan taman yang
indah, memelihara taman pekarangan, tidak menebang kayu di hutan seenaknya,
menanam tanah gundul dengan teratur, tidak berburu hewan dengan semena-mena
atau dikatakan bahwa orang itu menaruh cinta kasih atau menyayangi lingkungan
hidupnya.
3. Cinta tingkat rendah
adalah cinta yang lebih mengutamakan harta dan tempat tinggal.
Yaitu, cinta yang
menomorduakan Allah SWT dan Rasul- Nya. Cinta yang motifnya karena ingin
mendapatkan sesuatu dari yang dicintainya, baik dalam bentuk kedudukan, harta,
pengajaran dan bimbingan, ataupun kebutuhan biologis. Cinta yang seperti
itu akan hilang
bersama hilangnya apa-apa yang ingin didapatnya dari orang yang dicintai.
Yakinlah bahwa orang yang mencintaimu karena sesuatu akan meninggalkanmu ketika
dia telah mendapat apan yang diinginkannya darimu.
Adapun cinta lainnya adalah cinta yang berlandaskan adanya kesamaan dan kesesuaian antara yang mencintai dan yang dicinta. Cinta jenis ini tidak akan sirna kecuali jika ada sesuatu yang menghilangkannya. cinta jenis ini, yaitu berpadunya ruh dan jiwa, oleh karena itu tidak terdapat pengaruh yang begitu besar baik berupa rasa was-was, hati yang gundah gulana maupun kehancuran kecuali pada cinta jenis ini.
Adapun cinta lainnya adalah cinta yang berlandaskan adanya kesamaan dan kesesuaian antara yang mencintai dan yang dicinta. Cinta jenis ini tidak akan sirna kecuali jika ada sesuatu yang menghilangkannya. cinta jenis ini, yaitu berpadunya ruh dan jiwa, oleh karena itu tidak terdapat pengaruh yang begitu besar baik berupa rasa was-was, hati yang gundah gulana maupun kehancuran kecuali pada cinta jenis ini.
Sedangkan
menurut Ulama Ibnu Qayim Al
Jauziah macam tingkatan cinta ada tiga, yaitu
1) Cinta Atas
Dasar Harapan Mendapat Sesuatu
Yaitu ketika seorang yang mencintai kekasihnya karena
menginginkan sesuatu dari kekasihnya itu. Dan sesuatu yang diinginkannya itu
biasanya berujud materi. Seorang wanita biasanya mudah tergoda dengan materi.
Cinta seperti ini adalah tingkatan cinta yang paling rendah. Jika keinginannya
tidak terpenuhi maka kadar cinta pecinta golongan ini sontak turun tajam.
Bahkan kemudian hatinya terisi oleh bibit-bibit kejengkelan, kebencian dan
kemarahan. Sehingga bila akumulasi harapan-harapannya yang tak terpenuhi itu
sudah sedemikian besar, seringkali berujung pada perselisihan, bahkan
perpisahan.
2) Cinta Atas
Dasar Mengharap Ridho Kekasih
Cinta seperti ini lebih tinggi
tingkatannya dari yang pertama. Yaitu mencintai kekasih karena semata mengharap
ridhonya. Orang yang memiliki cinta tingkat kedua ini akan melakukan apapun
secara sukarela dengan tujuan agar kekasih mendapatkan kebahagiaan. Agar
kekasih memperoleh kesenangan. Agar kekasih terhindar dari marabahaya, dll.
Terkadang ada dia berani mengambil resiko besar dalam melakukan hal-hal
tersebut. Terkadang dia bersedia melakukan sesuatu yang konyol dan memalukan.
Terkadang dia mau melakukan sesuatu yang tidak masuk akal. Bahkan tak jarang
ada yang rela melakukan sesuatu yang membahayakan nyawanya sendiri. Dalam
melakukan semuanya itu, dia tidak mengharapkan imbalan dari kekasih atas apa
yang dilakukannya itu. Yang ada dihatinya hanyalah niat tulus agar kekasihnya
senang dan bahagia, itu saja. Dan inilah yang disebut "Cinta Tulus". Dan ketika kekasih tersenyum senang,
diapun turut merasakan kesenangan itu. Manakala kekasih bahagaia, hatinyapun
turut merasa bahagia.
3)
Cinta Atas Dasar
Mengharap Ridho Allah Sekaligus Ridho Kekasih
Iniah cinta sejati.
Iniah cinta sejati.
Inilah cinta tertinggi. Pada cinta
jenis kedua (mengharap ridho kekasih), adakalanya orang tersebut melakukan
sesuatu dengan tulus namun apa yang dilakukannya itu tidak diridhoi oleh Allah,
Sang Pencipta Cinta. Artinya apa yang dilakukannya itu menyimpang dari
aturan-aturan agama. Jika demikian adanya, maka dia dan kekasihnya tidak akan
merasakan kebahagiaan sejati. Yang dirasakannya hanyalah kesenangan jangka
pendek dan bersifat semu. Misalnya saja waktu sholat maghrib hampir habis dan
dia membiarkan kekasihnya asyik menonton TV karena tidak mau mengganggu
kesenangannya. Atau dia terus menerus memanjakannya dengan selalu membelikan
barang-barang mewah secara mubazir dan berfoya-foya menghamburkan uang untuk
menyenangkan kekasihnya (yang tidak punya nilai ibadah). Itu semua bertentangan
dengan aturan Allah. Dan orang yang tindakannya bertentangan dengan aturanNya
tidak akan menemukan ketentraman hidup dan kebahagiaan sejati. Sebab, yang
meniupkan kebahagiaan dan ketenangan hidup kedalam hati manusia hanyalah Allah.
Dan kebahagiaan sejati di dunia ini adalah ketika amal perbuatan seseorang itu
sejalan dengan PerintahNya (sejalan dengan nurani). Yaitu ketika amal
perbuatannya itu memiliki nilai ibadah.
Itulah kenapa
cinta tulus saja tidak menjamin kebahagiaan. Yang menjamin kebahagiaan adalah
cinta jenis ketiga, yakni cinta tulus mengharap Ridho Allah sekaligus kekasih.
Jadi apa yang dilakukan haruslah sesuai dengan jalur pencarian ridhoNya
terlebih dulu, baru ridho kekasihnya.
Tanda-tanda cinta menurut ulama Ibnu Qayim Al Jauziah mendefinisikan seseorang
dikatakan sedang dilanda cinta bila telah ada tanda-tanda :
a) Menghujamkan pandangan mata, yaitu orang yang dimabuk cinta akan selalu
memandang kepada yang dicinta.
b) Malu-malu bila yang dicinta memandangnya
Itulah salah satu
sebab mengapa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam melarang shalat dengan
menengadah ke atas , namun haruslah menunduk ke bawah sebagai adab menghadap
Yang Maha Tinggi. Bahkan rajapun akan marah bila pengikutnya berani menatap
wajahnya dan tidak menunduk ke bawah sebagai tanda hormat dan segan.
c) Banyak mengingat dan membicarakan dan menyebut namanya
Dalam surat Al Anfal ayat 45 yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi
pasukan (musuh) maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah
sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.
d) Tunduk pada perintah yang dicinta dan mendahulukannya
dari pada kepentingan sendiri
Katakanlah : Jika
kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun Maha
Penyayang.
e) Memperhatikan perkataan yang dicinta dan mendengarkannya
f) Mencintai rumah dan tempat kekasih
g) Mencintai apapun yang dicintai kekasih
2.3 Cinta dan Kasih
Sayang dalam Membentuk Keselarasan Masyarakat
Pada dasarnya, manusia-manusia
menciptakan budaya atau lingkungan sosial mereka sebagai suatu adaptasi
terhadap lingkungan fisik dan biologis mereka. Kebiasaan-kebiasaan,
praktik-praktik, dan tradisi-tradisi untuk tersusun hidup dan berkembang diwariskan oleh
suatu generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat tertentu. Pada
gilirannya kelompok atau ras tersebut tidak menyadari darimana asal warisan
kebijaksanaan tersebut. Generasi-generasi berikutnya terkondisikan untuk
menerima kebenaran-kebenaran tentang kehidupan disekitar mereka. Budaya
dipengaruhi oleh setiap faset aktivitas manusia.
Konsep keselarasan
atau keharmonisan sebenarnya tidak begitu nampak secara nyata dalam perilaku
hidup sehari-hari masyarakat. Namun, prinsip keselarasan itu lebih pada konsep
metafisis yang menjiwai seluruh dinamika masyarakat. Bagikan sebuah titik yang
dari padanya menyinari segala proses dinamika atau tindakan masyarakat semua.
Lebih dalam bisa kita katakan bahwa keselarasan merupakan inti dari seluruh
budaya. Hal ini ditegaskan lebih ditegaskan oleh Mulder dalam bukunya Kebatinan
Dan Hidup sehari-hari bahwa cita-cita masyarakat pada hakekatnya adalah
masyarakat yang harmonis.
Bagi orang,
keselarasan sosial atau keharmonisan merupakan sebuah rangkaian besar agar
terjadinya kesejahteraan hidup bersama. Karena kesejahteraan terikat secara
mutlak pada keselarasan sosial, antara sesama yang Ilahi, alam dan sesama
manusia. Dengan demikian menjadi jelaslah peran penting dari keselarasan
sosial.
Dalam memahami
konsep keselarasan kita akan berangkat dari dua nilai yang sangat dijunjung
tinggi oleh masyarakat. Nilai-nilai tersebut adalah rukun dan rasa hormat.
Kedua nilai inilah yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat dalam dinamika
hidup sehari-hari. Lebih kontekstual lagi dengan tema keselarasan adalah bahwa
dalam kedua nilai inilah konsep keselarasan dibahas dengan jelas. Menurut
Geertz, prinsip rukun dan hormat dalam masyarakat merupakan kaidah dasar yang
paling menentukan dalam pola hidup masyarakat.
Pertama, nilai rukun. Masyarakat memegang teguh bahwa rukun
merupakan sebuah kondisi untuk mempertahankan kondisi masyarakat yang harmonis,
tentram, aman, dan tanpa perselisihan. Masyarakat berusaha sebisa mungkin
menjaga kerukunan dalam lingkungannya. Berusaha bagaimana terjadinya
keharmonisan dalam masyarakat luas. Perlu menjadi catatan penting bahwa
individu dipandang tidak terlalu penting dalam kedudukan sosial. Individu harus
selalu berusaha mementingkan sosial yang lebih luas dan bukan pribadinya
sendiri. Setiap pribadi dituntu sikap untuk tidak mengacaukan keseimbangan
sosial demi ambisi atau kepentingannya pribadi. Selain itu juga dituntutlah
sebuah sikap yang sering disebut nrimo dalam setiap masyarakat. Dalam
artian setiap individu harus punya sikap pasrah terhadap sebuah kekuatan yang
lebih tinggi, menyadari bahwa hidupnya adalah bagian dari masyarakat luas.
Kerukunan dengan
alam dan lingkungan masyarakat oleh masyarakat dipandang mampu membawa
ketenteraman, kenyamanan, dan kedamaian hidup. Inti prinsip kerukunan adalah
tuntutan untuk mencegah segala kelakuan yang bisa menimbulkan konflik terbuka.
Dengan demikian akan mampu mewujudkan kesejahteraan bersama dalam dinamika
hidup sehari-hari. Secara sederhana, indikator kerukunan adalah ketika semua
pihak dalam kelompok berdamai satu sama lain.
Kedua, rasa hormat. Nilai ini berkaitan erat dalam hubungannya
dengan orang lain, dengan kata lain mencakup relasi sosial. Lebih dalam, bahwa
dalam masyarakat Jawa terdapat sebuah hirarki yang membatasi mereka untuk bersikap
kepada orang lain. Prinsip hormat berhubungan erat dengan masyarakat yang
teratur secara hirarkis. Misalnya, hubungan antara orang tua-anak dan antar
teman sebaya. Dalam masyarakat hal tersebut telah terungkap jelas melalui
bahasa yang mereka gunakan untuk menyebut atau berbicara dengan orang yang
lebih tua.
Langkah pertama yang harus dilakukan
oleh masyarakat dalam mengembangkan sikap hormat ini adalah mempunyai kesadaran
akan kedudukan sosialnya. Masyarakat sejak dini telah menanamkan kesadaran akan
kedudukan social ini kepada anak-anaknya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Walaupun cinta dan kasih mengandung arti yang sama, antar
keduanya terdapat perbedaan, yaitu cinta lebih mengandung pengertian tentang
rasa yang mendalam, sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan
tasa, mengarah kepada orang atau yang dicintai. Dengan kata lain,
bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata.
Apabila akan dihubungkan dengan kata sayang, kata ini mengandung pengertian lebih nyata dalam mewujudkan
cinta seseorang.
2. Didalam kitab suci Al Quran ditemui adanya fenomena cinta
yang yang bersembunyi dalam jiwa manusia. Cinta memiliki 3
tingkatan, yaitu :
a) Cinta tingkat tinggi adalah cinta kepada Allah SWT,
Rosulullah SAW dan berjihad kepada Allah SWT.
b) Cinta
tingkat menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, suami/istri,
kerabat serta lingkungan
karena Allah SWT.
c) Cinta tingkat rendah adalah cinta
yang lebih mengutamakan harta dan tempat tinggal. Yaitu, cinta yang menomorduakan Allah SWT dan Rasul-Nya.
3. Pada dasarnya, manusia-manusia menciptakan budaya atau
lingkungan sosial mereka sebagai suatu adaptasi terhadap lingkungan fisik dan
biologis mereka. Kebiasaan-kebiasaan, praktik-praktik, dan tradisi-tradisi
untuk tersusun hidup dan berkembang diwariskan oleh suatu generasi ke
generasi lainnya dalam suatu masyarakat tertentu. Pada gilirannya kelompok atau
ras tersebut tidak menyadari darimana asal warisan kebijaksanaan tersebut.
Generasi-generasi berikutnya terkondisikan untuk menerima kebenaran-kebenaran tentang
kehidupan disekitar mereka. Budaya dipengaruhi oleh setiap faset aktivitas
manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Bahjat Ahmad. Hakekat
Cinta dan kasih sayang dalam agamaPustaka Hidayah. Bandung. 2002.
Krisna Anand. A Dale Wite
Life
Iswandi Almawati Evodia & Mohamad Sidang Hamzah. I Love You
Darling. Galang Perss. Yogyakarta. 2005
Al Qayim Ibnu Imam. Zadul Ma’had
bagus kak makalahnya (y)
BalasHapusizin copas kak :)
kereen kak :)
BalasHapusalhamdulillah pagi ini ini dapet ilmu dari postingan smpean tentang cinta dan kasih sayang.....sngat brmanfaat
BalasHapuskeren makalah nya ,,izin kopas ya kak
BalasHapusterimakasih sangat bermanfaat .
BalasHapusMy blog
Bagus makalahnya aku jadi lebih tau apa itu cinta
BalasHapus